11/09/2015

Bersyukur Adalah Cara Melipat Gandakan Nikmat (Power of Syukur)

Bersyukur Adalah Cara Melipat Gandakan Nikmat (Power of Syukur)

Syukur adalah salah satu bukti kita bertrimakasih kepada Allah SWT apa yang telah diberikanNya kepada kita. Syukur adalah cerminan kita pandai menikmati nikmat yang diberikan oleh-Nya, dengan bersyukur kita akan menjadi orang yang selalu bahagia disaat  keadaan sempit maupun lapang. Untuk pembukaan kali ini saya akan memberikan renungan ayat surat Al-Quran yang patut diingat oleh kita semua supaya kita pandai bersyukur apa yang diberikan Allah SWT.

"Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan" (Qs. Ar Rahman)

 Ayat ini diulang-ulang sampai 31 kali, bahkan sampai terngiang-ngiang apabila pernah mendengarnnya dalam bahasa arabnya. Terdapat sebuah pelajaran yang sangat  mendalam supaya kita bersyukur atas apa yang diberikan Allah kepada kita.

Apa yang kita inginkan belum tentu apa yang kita butuhkan. Sebab, tabiat keinginan memang berasal dari nafsu yang kala belum terdidik dijalan Allah begitu mudah terombang-ambing oleh godaan.

Kebutuhan adalah segala yang benar-benar diperuntukan bagi perjalanan kita mewujudkan tujuan penciptaan. Sedang keinginan, adalah kelebihan yang diinginkan jiwa sebagai akibat dari persentuhan dengan dunia.

Maka membedakan keinginan dari kebutuhan adalah jalan sejati kebahagian. Pada pertemuan keduanyalah, tujuan penciptaan terbentang dihadapan, hingga jiwa tak menatap selalin keindahan setiap pengaturan.

Ada kalanya keinginan langsung sejalan dengan kebutuhan, sebab demikianlah adanya Allah mengatur. Memang tak butuh sesaat jika Dia hendak apa pun terjadi. Di masa seperti inilah, jiwa kadang tertipu, menyangka ia miliki kuasa wujudkan keinginan. Jadilah kala apa nan diinginkan tak segera terwujud, ia menggugat, hingga lalai pada berjuta nikmat yang senantiasa hadir tanpa diminta.

Maka jangan heran jika banyak keinginan tak segera dikabulkan. Sungguh, diri ini bergitu sering lancang meminta disegerakan, sedang apa yang tak diminta tak kunjung pula disyukuri. Cobalah barang sejenak, wahai diri, hitung berapa banyak nafas yang kau hirup hari ini. Bukankah kau seketika sibuk mengagumi dan lupa pada apa yang kau ingini?

Tapi demikianlah Dia. Kasih dan sayang-Nya mendahului murka-Nya. Kelancangan itu tak segera diganjar. Ia hanya berikan kita waktu tuk memahami bahwa setiap nan belum diberi, sejatinya ditunda, atau kan dihadirkan yang lebih baik. Namun suara rintih harap ini begitu merdu bagi-Nya, maka dibiarkanlah ia terus berlangsung, agar jadi penambah hitungan kebajikan pada waktunya kelak.

Sungguh tak ada keuntungan maupun kerugian bagi-Nya, dalam pengabulan ataupun penundaan doa. Keduanya hanyalah jalan yang ia sediakan tuk mematangkan jiwa kita.

"Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan" (Qs.Ar Rahman)

Makanlah hidangan lezat terburu-buru. Tentu tak lezat, sebab yang jadikan lezat memang hanya organ sepanjang beberapa senti bernama lidah. Sekali melewati lidah, selesailah sudah. Apapun jenis makanan biasa berlambat-lambat dalam mengunyah agar setiap detail rasa ternikmati sepenuh hati.

Berjalan-jalanlah dihamparan pemandangan indah dengan berlari-lari. Tentu tak nikmati,sebab yang menjadikan nikmat memang menelisik tiap potongan nan tampak satu demi satu. Maka berlama-lamalah para pelancong duduk-duduk dan berbincang atau menambil gambar demi memuaskan pandangan dengan keindahan.

Berbicaralah cepat-cepat dengan seorang nan dikasihi. Tentu tak hikmat, sebab rasa rindu tak pernah terpuaskan kecuali lewat pertukaran cerita yang mengasyikkan. Kata orang bijak, dalam urusan dengan orang terkasih, cepat adalah lambat, lambat adalah cepat.

Demikianlah beberapa cuplikan episode kehidupan kala kecepatan, yang kini menjadi incaran banyak orang, tak selalu menghadirkan kenikmatan apalagi kebahagian. Cepat, bukanlah pengganti lambat. Cepat dan lambat, adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Ada tempat kala cepat diperlukan, ada tempat kala lambatlah yang lebih baik.

Teliti orang-orang besar yang utuh kehidupannya. Taiadalah semua mereka capai kecuali melalui sebuah proses yang tak cepat. Ada hukum tani dalam setiap tangga kehidupan: kau tak bisa memanen jika belum menanam.

"Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan" (Qs.Ar Rahman)

Semoga artikel ini bermanfaat buat anda dan kita dapat memetik hikmah nasehat didalam artikel ini. Bagikanlah artikel ini kepada teman-teman dan saudara-saudara anda melalui facebook, twiter dan sosial media lainnya agar mereka dapat mengambil pelajaran dari artikel ini. Semoga sukses buat kita semua.Amiinn...

No comments:

Post a Comment