15/09/2015

Pelajaran Tentang Pohon Keabadian (Ilmu Besar Didalam Diri)

Pelajaran Tentang Pohon Keabadian (Ilmu Besar Didalam Diri)

Dikala hidup mulai susah dikala hidup menjadi gundah, ingatlah ini hanya cobaan kecil yang menerpa. Pohon yang besar akan tetap kokoh diterpa hujan, tetap tegak walau dilanda badai, tetap sabar walau terkena banjir. Wahai diri tetap tegakanlah diri tetap kokohkanlah hati, terkadang orang mencela terkadang diri tak mampu terkadang matapun menetes. Tetaplah berpegang teguh pada jiwa yang besar jiwa yang tak mudah menyerah, bangkit dan bangkit walau cobaan menerpa.

Diri yang kuat dan kokoh ibarat pohon yang selalu bersabar walau dilepari dengan bebatuan akan membalas dengan memberikan buah, walau diacuhkan akan tetap tegak ditempat yang sama, Wahai diri apakah kita mampu walau diri dihina tetap sabar dan memberikan kebaikan kepada ia yang menghina?

Pohon yang hijau dengan keimanannya akan tetap tegak hingga ajal menjemput, siap malam tetap menadahkan daun-daunnya berharap rezeki dari langit menunggu doa dikabulkan dengan bersamaan hujan yang lebat lagi nikmat. Selalu berharap ada setitik sinar ditiap harinya dengan tanpa melupakan orang sekitar, tetap berbagi dengan oksigen yang dikeluarkan.

Wahai diri, apakah kau sanggup dikala kau ditumbangkan kau tetap berguna untuk orang banyak daun-daun mu dijadikan pakan ternak, badan batang mu dijadikan tempat tinggal, buah-buah mu dijadikan makanan dikala kelaparan.

Masih tetapkah kau sombong dengan apa yang kau punya tetap kau malas menanam bibit, tanamlah bibit dikala muda, dikalau kau masih dapat menadahkan tangan mu sebelum tangan dan nafas mu dicabut.

Disaat diri menjadi lemah, disaat diri memulai sesuatu, tanamlah doa dan harapan ibarat bibit yang terus tumbuh. Doa adalah bibit yang indah akan tumbuh-tumbuh menjadi besar dan suatu saat kita akan memanennya.

Kita tak pernah tahu kapan dan seperti apa ia kan dikabulkan. Namun, yakinlah bahwa ia pasti tumbu, sebab janji-Nya takkan pernah luput.

Dan layaknya bibit, doa yang kita panjatkan mestilah sesuatu yang baik hingga layaklah kita berharap hasil yang baik pula. Sebab, takkan tumbuh buah manis jika ditanam sembarangan bibit. 

Persis seperti bibit pula, doa pun perlu perawatan. Sirami ia dengan ilmu dan amal hingga tumbuh subur dan berubah ranum. Juga serupa bibit, doa tak tumbuh diburu-buru. Kesabaran menunggu ia membesar, meneguh, adalah keniscayaan sebelum hasilnya bisa kita nikmati. Dan sepanjang waktu itu, tak ada yang lebih layak tuk dilakukan selain menikmati setiap jengkal pertumbuhanannya. Sebab dalam perjalanan itulah terdapat keindahan yang teramat sayang tuk dilewatkan.

Karenanya para tukang kebun tahu persis, mereka tak bisa menanam bibit dan mengharapkan hasil dalam sehari. Menanam adalah kegiatan dimasa lapang, sehingga kita bisa berharap ia berubah dimasa sempit.

Demikian pula doa, ia mesti ditanam justru dikala lapang, hingga tak hadir sesal dikala sempit. Dan aku tak bermaksud menagatakan bahwa kesempitan itu ada didunia. Kesempitan sejati adalah dijalan keabadian nanti. Dimasa ketika tiada amalkan dicatat lagi. Ialah masa memanen, segala yang kita lakukan kini.

Menyadari ini, adakah kau rasa berat tuk menjadi pribadi taat, Wahai diri? Sedang apa yang kau lakukan kini, adalah apa yang kan kau nikmati dikeabadian nanti?

Apabila artikel ini bermanfaat bagikanlah kepada teman-teman atau saudara-saudara melalui facebook, twiter dan sosial media lainnya, semoga kita bisa bermanfaat kepada orang lain, semoga segala perbuatan kita menjadi tabungan diakhirat kelak. Amiinn..

No comments:

Post a Comment